(0341) 571035 library@um.ac.id

Oleh : Moch. Alfa Alfiansyah

            Wujud yang sering dibayangkan orang jika mendengar kata perpustakaan adalah tempat membaca dan meminjam buku. Di era modern ini, perpustakaan modern bagi kebanyakan orang adalah sebuah tempat dengan koleksi dan layanan yang serba digital. Wajar saja, di era modern seperti saat ini, sebuah perpustakaan dapat dengan mudah bertransformasi dari yang mulanya hanya sebuah gudang buku menjadi pusat dan sumber informasi dengan ribuan koleksi dan variasi layanannya. Namun, ternyata pada 2000 tahun yang lalu, dunia pernah memiliki sebuah perpustakaan yang memiliki koleksi begitu lengkap yang digadang-gadang telah menampung berbagai ilmu pengetahuan di zamannya.

            Perpustakaan seperti demikian pernah ada di Alexandria, Mesir. Perpustakaan Alexandria, bagaikan harta karun tak ternilai, menjadi pusat studi dan peradaban yang terdepan di masanya. Pendirian perpustakaan maha agung ini sendiri diinisiasi oleh Alexander Agung, penakluk Mesopotamia sekaligus penyebar budaya Yunani ke seluruh dunia. Melalui penguasa Mesir saat itu, Ptolemeus I yang dibantu oleh Demetrius dari Phaleron, perpustakaan yang berisi gudang ilmu pengetahuan akhirnya terwujudkan melalui penerjemahan dan pengumpulan naskah dari berbagai penjuru muka bumi. Seperti impian pendahulunya, perpustakaan tersebut mampu mengubah kota Alexandria menjadi pusat akademik dan riset ilmiah di Mediterania.

            Perpustakaan Alexandria memiliki koleksi perpustakaan terbaik sepanjang sejarah. Di era dimana buku masih terbilang langka, perpustakaan ini telah memiliki koleksi lebih dari 700.000 gulungan papirus dan manuskrip dari berbagai penjuru dunia. Bukan hanya unggul di segi jumlah, namun bahan pustaka di Perpustakaan Alexandria tapi juga sangat beragam. Di sana, tersimpan karya-karya para filsuf ternama seperti Plato dan Aristoteles, naskah-naskah kuno dari Mesir dan Mesopotamia, serta berbagai buku tentang berbagai ilmu pengetahuan, matematika, hingga astronomi.

            Di zamannya, perpustakaan ini dapat diibaratkan sebagai magnet bagi para cendekiawan dari seluruh dunia. Mereka datang untuk mempelajari berbagai ilmu, bertukar ide, dan bersama-sama menghasilkan karya yang kini dikenal dengan istilah co-working space. Begitu kaya dan beragamnya koleksi Perpustakaan Alexandria hingga dapat dikisahkan jika seorang ilmuwan atau pemustaka yang datang ke sana ingin mempelajari suatu topik, maka ia cukup menyebutkan keinginannya kepada pustakawan, maka niscaya perpustakaan ini pasti memilikinya. Tak heran, perpustakaan ini dijuluki sebagai “harta karun” bagi peradaban manusia.

            Namun, kejayaan Perpustakaan Alexandria tidaklah abadi. Pada tahun 48 SM, Julius Caesar terlibat dalam pertempuran sengit di Alexandria. Pemimpin militer dan politikus kerajaan Romawi itu terlibat perang saudara dengan Pompeius hingga menyebabkan api yang berkobar selama beberapa hari yang melahap habis seluruh koleksi perpustakaan. Salah satu teori populer menyebutkan ketika Caesar terjebak di istana Alexandria, ia membakar kapal-kapal Mesir yang bersandar di pelabuhan. Api dari kapal-kapal ini kemudian merembet ke perpustakaan yang terletak di dekatnya. Teori lain mengatakan bahwa api berasal dari kelalaian. Konon, seorang prajurit Romawi yang mabuk secara tidak sengaja membakar sebuah gulungan papirus di perpustakaan. Api kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh ruangan dan melahap seluruh koleksi.

            Apapun penyebabnya, tragedi Perpustakaan Alexandria menyajikan kenangan pahit bahwa pengetahuan, sejarah, dan budaya mestinya dilestarikan dengan segala daya upaya. Kehilangan perpustakaan ini merupakan kehilangan besar bagi peradaban dunia yang dampaknya masih terasa hingga saat ini. Walaupun demikian, legenda Perpustakaan Alexandria tetap hidup sebagai sumber dan pusat informasi ilmu pengetahuan dunia. Kisah tentang kejayaan dan kehancurannya terus diceritakan dan menginspirasi umat manusia untuk membangun kembali pusat-pusat pengetahuan dan pembelajaran. Kini, Perpustakaan Alexandria modern didirikan pada tahun 2002 sebagai upaya untuk menghidupkan kembali semangat dan tradisi pendahulunya.

Sumber: El-Abbadi, Mostafa. “Perpustakaan Aleksandria”. Ensiklopedia Britannica , 7 Maret 2024, https://www.britannica.com/topic/Library-of-Alexandria. Diakses 13 Maret 2024

Penulis: Moch. Alfa Alfiansyah (Sobat Pustaka/PRO)

Editor: Achmad Qorni Novianto (Pustakawan)

Translate »