Kota Malang – UPT Perpustakaan UM menggelar Klub Asik Literasi UPT Perpustakaan UM atau akrab disebut KelasiUM bertajuk “Peran Perpustakaan dalam Pelestarian Sejarah dan Budaya”. Acara ini diselenggarakan pada hari Selasa, 6 Agustus 2024 bertempat di Ruang Aula Lantai 2 UPT Perpustakaan UM.
KelasiUM yang merupakan acara rutin dari UPT Perpustakaan UM ini dihadiri oleh 50 orang peserta dari beragam kalangan, mulai dari para mahasiswa dan dosen dari berbagai jurusan, pustakawan perpustakaan sekolah, pustakawan perpustakaan perguruan tinggi, serta peserta umum.Tak hanya datang langsung, para peserta lainnya juga mengikuti KelasiUM seri ini juga mengikuti acara ini melalui live streaming Youtube @perpustakaan_um.
Acara yang berlangsung pagi hingga siang hari ini dibuka oleh Kepala Perpustakaan UM, Nurenzia Yannuar, S.S., M.A., Ph.D. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini spesial karena akan membuka peluang bagi perpustakaan dalam perannya yang lebih luas, yakni tak hanya mendukung perkuliahan, namun juga mendukung penelitian yang turut serta melestarikan sejarah dan budaya.
KelasiUM ini menjadi spesial karena menghadirkan narasumber internasional, yakni Dr. Tom Hoogervorst yang merupakan Researcher at KITLV/Royal Netherland Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies dari Belanda. Dalam paparan yang disampaikan, Dr. Tom banyak berbagi pandangan dan pengalaman terkait peran perpustakaan di berbagai negara dalam melestarikan sejarah dan budaya, khususnya di negeri kincir angin. Tak hanya itu, Dr. Tom yang juga merupakan Adjunct Professor di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM ini juga membagikan beberapa platform yang bisa menjadi rujukan dalam mencari bukti sejarah khususnya yang berkaitan dengan masa kolonialisme, seperti Delpher.nl, International Institute for Social History, Globalize Lab, dan lain-lain.
Sementara di lingkup perpustakaan, pelestarian sejarah dan budaya bisa dilakukan dengan digitalisasi dan pengelolaan informasi koleksi berharganya. “Terdapat irisan antara perpustakaan dan ilmu sejarah, yakni sama-sama mendokumentasikan sebuah karya agar bisa dinikmati lebih lama. Namun yang lebih penting, bukan hanya alih media, namun juga identifikasi nilai dan tindak lanjut dari proses digitalisasi tersebut agar tetap lestari”, paparnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang interaktif seputar tersebarnya manuskrip, aspek hukum, kerja sama, hingga dorongan perpustakaan masa kini yang harus bisa menjadi influencer. Kegiatan pun diakhiri dengan foto bersama dan penyerahan cenderamata pada narasumber dan peserta terpilih. Hadirnya peneliti sejarah dan budaya internasional di KelasiUM ini juga sekaligus menguatkan konsep GLAM (Gallery, Library, Archive, dan Museum) yang sedang dibangun oleh UPT Perpustakaan UM dalam melestarikan sejarah dan budaya secara konkret.
Acara ini pun mendapatkan tanggapan yang positif dari peserta, salah satunya Ibu Lisa dari Center of Southeast Asia and Diaspora, University of Washington. Tak hanya memberikan apresiasi, tapi dia juga berharap agar Perpustakaan UM bisa mengambil peran sentral dalam upaya pelestarian sejarah dan budaya lokal. “Acaranya bagus sekali dan sangat informatif. Semoga ke depannya perpustakaan UM bisa menjadi rujukan dan jujukan peneliti2 yg ingin meneliti tentang budaya dan sejarah Indonesia, dan bisa menjadi pusat diskusi apabila peneliti2 luar negeri ingin meneliti tentang budaya dan sejarah Indonesia khususnya yg ada di Malang raya” jelasnya.
[Dengan Pustaka Kita Cendekia]