(0341) 571035 library@um.ac.id

Laporan Penelitian “Improving Learning Berbasis Pengalaman Diri Sebagai Model Pembelajaran Dalam Membentuk Jiwa Kewirausahaan Anak Putus Sekolah Di Kabupaten Blitar”, oleh Dr. Ely Siswanto, S.Sos, M.M. , Manajemen – Fakultas Ekonomi UM.

A. Latar Belakang

Kewirausahaan merupakan kegjatan yang terns ditumbuh kemba:n•gkan di Indonesia. Saat ini mulai bennunculan para wirausahawan dari berbagai kalangan, seperti dari kalangan ibu-ibu rumah tangga, mahasiswa, karyawan, dan lain sebagainya. Pertumbuhan wirausaha di Indonesia lebih berpusat di daerah perkotaan. Daerah perkotaan yang radat menjadikan peluang bisnis yang besar bagj peluang usaha. Hal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Pada awalnya kewirausahaan sering dijmnpai dalarn dunia bisnis, namun akhir-akhir ini berkembang dari berbagai aspek kehidupan. Pelaku kewirausahaan tidak hanya dimiliki olch para wiraswasta atau usahawan kaya, namun kepada setiap orang yang mempunyai kemauan keras dan memiliki optimis serta kreatititas misalnya, petani, karyawan, guru, mahasiswa, anak jalanan, dan lain sebagainya. Pendidikan kewirausahaan dapat menjadi media proses pembentukan agen perubahan yang luar biasa di segala sektor. Tidak semua orang harus menjadi wirausahawan untuk merasakan keuntu gan pendidikan kewirausahaan, tetapi semua orang perlu menjadi lebih berjiwa wirausaha. Pendidikan kewirausahaan adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah internalisasi kewirausahaan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi. Hansemark (I998) menegaskan bahvva tujuan utama pendidikan kewirausahaan adalah untuk membangun kemampuan, pengetahuan, dan pembetukan karakter yang penting bagi aktivitas kewirausahaan. Dengan demikian pendidikan kewirausahaaan seharusnya mampu membentuk wirausaha dengan meningkatkan pengetahuan tentang bisnis dan membentuk atribut psikologi seperti kepercayaan diri, penghargaan terhadap diri sendiri dan efikasi diri.
Anak putus sekolah cenderung pasif dalam berpikir, karena mereka berpikir bahwa dengan usaha maupun tidak hidup mereka akan sama saja. Hal inilah yang menyebabkan anak putus sekolah sulit berkembang. Pola pikir inilah yang harus dirubah untuk memberikan kesempatan kepada anak putus sekolah menjalankan kehidupan yang sama dengan kita. Dalam hal ini penulis ingin melakukan penelitian tentang pengembangan model pembelajaran Improving Learning berbasis pengembangan diri untuk membentukjiwa kewirausahaan bagi anak putus sekolah.

Baca fullteks Laporan Penelitian “Improving Learning Berbasis Pengalaman Diri Sebagai Model Pembelajaran Dalam Membentuk Jiwa Kewirausahaan Anak Putus Sekolah Di Kabupaten Blitar”, oleh Dr. Ely Siswanto, S.Sos, M.M.

Translate »